Rabu, 11 Desember 2013



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Hidup dalam negara yang penuh keragaman, baik dari suku, agama, maupun budaya. Untuk hidup damai dan berdampingan, tentu dibutuhkan toleransi satu sama lain. Toleransi adalah perilaku terbuka dan menghargai segala perbedaan yang ada dengan sesama.
Biasanya orang bertoleransi terhadap perbedaan kebudayaan dan agama. Namun, konsep toleransi ini juga bisa diaplikasikan untuk perbedaan jenis kelamin, anak-anak dengan gangguan fisik maupun intelektual dan perbedaan lainnya. Hal ini sangat penting bagi seorang konselor untuk memiliki sikap toleransi yang tinggi kepada orang lain, terutama kepada konselinya dalam membantu menyelesaikan masalah konseli, yang setiap individu itu berbeda karakter.
Toleransi juga berarti menghormati dan belajar dari orang lain, menghargai perbedaan, menjembatani kesenjangan budaya, menolak stereotip yang tidak adil, sehingga tercapai kesamaan sikap dan toleransi juga adalah istilah dalam konteks sosial, budaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat.
Konselor  juga dibutuhkan sikap demokratis atau  keterbukaan dan sikap lapang dadanya untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk membantu siswa dalam menyelesaikan masalah yang dialaminya.
Pada makalah ini akan dibahas mengenai bagaimana konselor yang bertoleransi tinggi dan demokratis.


B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana seorang konselor itu memiliki toleransi yang tinggi?
2.      Bagaimana seorang konselor itu memiliki sikap demokratis terhadap siswanya?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui bagaimana seharusnya seorang konselor itu memiliki sikap toleransi yang tinggi.
2.      Mengetahui bagaimana seharusnya seorang konselor itu memiliki sikap demokratis.











BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Sikap Toleransi
Menurut kamus bahasa Indonesia oleh W.J.S. Poerwodarminto pengertian sikap adalah perbuatan yang didasari oleh keyakinan berdasarkan norma norma yang ada di masyarakat dan biasanya norma agama. Namun demikian perbuatan yang akan dilakukan manusia biasanya tergantung apa permasalahannya serta benar-benar berdasarkan keyakinan atau kepercayaannya masing-masing.








Toleransi berasal dari bahasa Latin; tolerance artinya menahan diri, bersikap sabar, membiarkan orang berpendapat lain, dan berhati lapang terhadap orang-orang yang memiliki pendapat berbeda. Sikap toleran tidak berarti membenarkan pandangan yang dibiarkan itu, tetapi mengakui kebebasan serta hak-hak asasi para penganutnya. Ada tiga macam sikap toleransi, yaitu:
a.       Negatif: Isi ajaran dan penganutnya tidak dihargai. Isi ajaran dan penganutnya hanya dibiarkan saja karena dalam keadaan terpaksa.
b.      Positif: Isi ajaran ditolak, tetapi penganutnya diterima serta dihargai. Contoh Anda beragama Islam wajib hukumnya menolak ajaran agama lain didasari oleh keyakinan pada ajaran agama Anda, tetapi penganutnya atau manusianya Anda hargai.
c.       Ekumenis: Isi ajaran serta penganutnya dihargai, karena dalam ajaran mereka itu terdapat unsur-unsur kebenaran yang berguna untuk memperdalam pendirian dan kepercayaan sendiri.
Toleransi sejati didasarkan pada sikap hormat terhadap martabat manusia, hati nurani dan keyakinan serta keikhlasan sesama apapun agama, suku, golongan, ideologi, atau pandangannya. Seorang yang toleran berani mengadakan wawancara atau berdialog dengan sikap terbuka untuk mencari pengertian dan kebenaran dalam pengalaman orang lain, untuk memperkaya pengalaman sendiri dengan tidak mengorbankan prinsip-prinsip yang diyakini.

1.      Kaitan Toleransi dengan Rasa Saling Menghargai
Marilah kita renungkan dan amati suasana peri kehidupan bangsa Indonesia. Kita harus merasa bangga akan tanah air kita dan juga kita harus bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kita telah dikaruniai tanah air yang indah dengan aneka ragam kekayaan alam yang berlimpah ditambah lagi beraneka ragam suku, ras, adat istiadat, budaya, bahasa, serta agama dan lain-lainnya.
Kondisi bangsa Indonesia yang pluralistis menimbulkan permasalahan tersendiri, seperti masalah SARA, paham separatisme, tawuran ataupun kesenjangan sosial. Dalam kehidupan masyarakat Indonesia, kerukunan hidup antar umat beragama harus selalu dijaga dan dibina. Kita tidak ingin bangsa Indonesia terpecah belah saling bermusuhan satu sama lain karena masalah agama.
Toleransi antar umat beragama bila kita bina dengan baik akan dapat menumbuhkan sikap hormat menghormati antar pemeluk agama sehingga tercipta suasana yang tenang,damai dan tenteram dalam kehidupan beragama termasuk dalam melaksanakan ibadat sesuai dengan agama dan keyakinannya.
Melalui toleransi diharapkan terwujud ketenangan, ketertiban serta keaktifan menjalankan ibadah menurut agama dan keyakinan masing-masing. Dengan sikap saling menghargai dan saling menghormati itu akan terbina peri kehidupan yang rukun, tertib, dan damai.
Contoh Pelaksanaan toleransi
a.       Membangun jembatan,
b.      Memperbaiki tempat-tempat umum,
c.       Membantu orang yang kena musibah banjir,
d.      Membantu korban kecelakaan lalu-lintas.
Jadi, bentuk kerjasama ini harus kita wujudkan dalam kegiatan yang bersifat sosial kemasyarakatan dan tidak menyinggung keyakinan agama masing-masing.
Kita sebagai umat beragama berkewajiban menahan diri untuk tidak menyinggung
perasaan umat beragama yang lain.
Hidup rukun dan bertoleransi tidak berarti bahwa agama yang satu dan agama yang lainnya dicampuradukkan. Jadi sekali lagi melalui toleransi ini diharapkan terwujud ketenangan, ketertiban, serta keaktifan menjalankan ibadah menurut agama dan keyakinan masing-masing. Dengan sikap saling menghargai dan saling menghormati itu, akan terbina peri kehidupan yang rukun, tertib, dan damai dalam kehidupan sehari-hari.

2.      Kaitannya dengan sikap kasih sayang sesama manusia dan contoh-contohnya.
Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa hidup sendiri, sudah pasti memerlukan orang lain. Contoh: sebagian rezeki kita, datang lewat rezeki orang lain. Sebagian dari keberlangsungan kehidupan kita, bergantung pada keberadaan orang lain. Sebagian dari kesuksesan kita, bertumpu kepada kesuksesan orang lain. Adakah yang bisa hidup sendiri di dunia ini tanpa orang lain? Sulit, bahkan mustahil.
Dalam kaitan dengan baik buruknya perilaku kita, ketergantungan itu juga ada. Setidaknya, kita perlu bantuan orang lain untuk menjadi baik, minimal sebagai mitra, sahabat, atau saudara yang mengingatkan di kala kita lalai, yang menuntun kita saat kita tersesat, yang membimbing kita ketika kita kebingungan.
Demikian pula Anda sebagai seorang siswa secara tidak langsung sering mendapatkan kasih sayang baik dari guru Anda maupun dari kedua orangtua, benarkah demikian? Jika benar berarti guru dan orangtua Anda memiliki sikap kasih sayang terhadap Anda. Misalnya ketika Anda terlambat masuk sekolah.
3.      Kaitannya dengan kerukunan di antara umat beragama, suku, budaya, dan golongan dan contoh-contohnya.
Norma agama mengajarkan kepada manusia untuk berbuat kebajikan kepada sesama karena manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki harkat dan martabat sama serta memiliki akal dan budi yang mulia. Dengan akal dan budinya, manusia wajib menjalin hubungan baik dengan lingkungan hidupnya, dengan sikap saling menghormati dan saling mengasihi. Setiap manusia dikaruniai hak-hak asasi yang harus dihormati oleh orang lain.
Manusia yang percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa akan selalu berbuat baik dan bersikap toleran terhadap manusia lain.
Pernahkah Anda berbuat baik kepada teman Anda atau saudara Anda yang lainnya? Coba Anda berikan contoh perbuatan-perbuatan baik Anda terhadap teman Anda. Pernahkah Anda meminjamkan buku kepada teman Anda? Pernahkah Anda menghormati orang yang berbeda agama atau suku dengan Anda?.
Jika Anda melakukan perbuatan itu berarti Anda telah berbuat baik terhadap teman Anda baik yang berbeda agama maupun suku. Itulah yang diharapkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Dari uraian di atas marilah kita menyadari bahwa:
a.       Hidup saling mengingatkan dalam usaha mencapai tata pergaulan yang baik merupakan sikap dan perbuatan yang terpuji.
b.      Tanpa hidup saling mengasihi dan saling menghormati antara sesama warga masyarakat, kehidupan masyarakat akan menjadi buruk dan rusak. Tentu Anda tidak menghendaki bukan?
c.       Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa mengajarkan agar manusia hidup saling menghormati dan saling mengasihi walaupun manusia itu tidak seagama dan sekepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuku, seadat dan sebagainya. Ajaran agama menuntun ke arah perbuatan yang baik saling menghormati bagi sesama manusia di dunia tanpa kecuali.

B.     Konselor Menampilkan Toleransi Tinggi Terhadap Konseli yang Menghadapi Stress dan Frustasi.
Sikap toleransi merupakan suatu sikap menghargai orang lain, misalnya konselor sebagai orang yang dipercaya siswa dalam segala persoalannya maka konselor mesti menghargai siswa dengan merahasiakan semua persoalan pribadi siswa yang mana siswa tidak menginginkan orang lain mengetahui persoalannya tersebut. Hal ini ditegaskan sebagaimana Rasuluilah SAW bersabda yang artinya: "Sesiapa yang menutup keaiban seseorang Islam Allah menutup keaibannya didunia dan diakhirat". (Riwayat Muslim, Ahmad dan Abu Daud)

C.    Konselor Menerapkan Toleran Terhadap Stres yang dialami Konseli
Konselor menunjukkan sifat yang penuh toleransi terhadap masalah-masalah yang dialami oleh konselinya. Masalah-masalah seperti stres yang dimiliki oleh konselinya hendaknya mampu konselor atasi dengan baik dan ia memiliki kemampuan untuk menghadapi hal-hal yang kurang menentu tersebut tanpa terganggu profesinya dan aspek kehidupan pribadinya.
Contoh:  bu andya pada suatu hari menerima klien yang sedang stres berat karena ia menjadi korban penindasan yang dilakukan teman-teman sekelasnya. Penindasan ini tidak sekedar hanya di mai-maki atau di suruh-suruh, namun juga sampai melakukan tindak kekerasan. Klien ini menceritakan semua kekesalan yang ia rasakan kepada bu andya. Bahwa meskipun ia tidak mau disuruh-suruh namun ia tidak mempunyai cukup keberanian untuk mengungkapkannya dan selalu pasrah menerima penindasan-penindasan yang dilakukan teman-teman sekelasnya. Dalam masalah ini, bu andya mentolerir stres yang dihadapi oleh si klien dengan tidak memprotes terhadap apa yang dirasakan kliennya. Namun ia justru memberi semangat dan motivasi agar supaya kliennya menjadi lebih berani mengungkapkan pendapatnya dan dapat menyelesaikan problemanya dengan teman-teman kelasnya itu dengan baik.




D.    Konselor Bersikap Demokratis.
Konselor dibutuhkan keterbukaan dan sikap lapang dadanya untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa guna mengekspresikan gagasan dan pikirannya dalam pelaksanaan  Freirw mengatakan,” pendekatan yang membebaskan merupakan proses dimana pendidikan mengkondisikan siswa untuk mengenal dan mengungkapkan kehidupan yang nyata secara kritis.”
Dengan adanya pernyataan di atas dapat di artikan bahwa konselor selalu menampilkan rasa simpati atau peduli terhadap orang lain, suka menolong dan tidak membeda-bedakan orang lain dalam memberikan layanan ataupun bantuan. Dari pendapat di atas, jelas bahwa individu merupakan makhluk sosial dan mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing (unik). Oleh itu konselor di sekolah dituntut untuk berpandangan positif dan tidak membeda-bedakan peserta didik. Mampu memahami dan menghargai kelebihan serta kelemahan yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik.
Setiap individu mempunyai potensi yang perlu dikembangkan dan penyaluran yang tepat. Maka konselor mempunyai kewajiban untuk dapat mengembangkan dan menyalurkan pada tempat yang tepat. Di samping itu konselor juga dapat menampilkan rasa simpati atau peduli terhadap permasalahan yang dialami oleh peserta didik/orang lain. Konselor suka menolong tanpa memiliki ekspektasi agar balasan apa-apa dan tidak membeda-bedakan peserta didik dalam memberikan layanan ataupun bantuan.

.  








BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan

1.      Toleransi berasal dari bahasa Latin; tolerance artinya menahan diri, bersikap sabar, membiarkan orang berpendapat lain, dan berhati lapang terhadap orang-orang yang memiliki pendapat berbeda.
2.      Ada tiga macam sikap toleransi, yaitu: negatif, positif, dan ekumenis.
3.      Sikap toleransi merupakan suatu sikap menghargai orang lain, misalnya konselor sebagai orang yang dipercaya siswa dalam segala persoalannya maka konselor mesti menghargai siswa dengan merahasiakan semua persoalan pribadi siswa yang mana siswa tidak menginginkan orang lain mengetahui persoalannya tersebut.
4.      Konselor menunjukkan sifat yang penuh toleransi terhadap masalah-masalah yang dialami oleh konselinya.
5.      Konselor dibutuhkan keterbukaan dan sikap lapang dadanya untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa guna mengekspresikan gagasan dan pikirannya dalam pelaksanaan  Freirw mengatakan,” pendekatan yang membebaskan merupakan proses dimana pendidikan mengkondisikan siswa untuk mengenal dan mengungkapkan kehidupan yang nyata secara kritis.”









DAFTAR PUSTAKA







Tidak ada komentar:

Posting Komentar