BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hidup dalam
negara yang penuh keragaman, baik dari suku, agama, maupun budaya. Untuk hidup
damai dan berdampingan, tentu dibutuhkan toleransi satu sama lain. Toleransi
adalah perilaku terbuka dan menghargai segala perbedaan yang ada dengan sesama.
Biasanya
orang bertoleransi terhadap perbedaan kebudayaan dan agama. Namun, konsep
toleransi ini juga bisa diaplikasikan untuk perbedaan jenis kelamin, anak-anak
dengan gangguan fisik maupun intelektual dan perbedaan lainnya. Hal ini sangat
penting bagi seorang konselor untuk memiliki sikap toleransi yang tinggi kepada
orang lain, terutama kepada konselinya dalam membantu menyelesaikan masalah
konseli, yang setiap individu itu berbeda karakter.
Toleransi
juga berarti menghormati dan belajar dari orang lain, menghargai perbedaan,
menjembatani kesenjangan budaya, menolak stereotip yang tidak adil, sehingga
tercapai kesamaan sikap dan toleransi juga adalah istilah dalam konteks sosial, budaya dan agama yang berarti
sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi
terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh
mayoritas dalam suatu masyarakat.
Konselor juga dibutuhkan sikap demokratis atau keterbukaan dan sikap lapang dadanya untuk
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk membantu siswa
dalam menyelesaikan masalah yang dialaminya.
Pada makalah
ini akan dibahas mengenai bagaimana konselor yang bertoleransi tinggi dan demokratis.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana
seorang konselor itu memiliki toleransi yang tinggi?
2. Bagaimana
seorang konselor itu memiliki sikap demokratis terhadap siswanya?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Mengetahui
bagaimana seharusnya seorang konselor itu memiliki sikap toleransi yang tinggi.
2. Mengetahui
bagaimana seharusnya seorang konselor itu memiliki sikap demokratis.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Sikap Toleransi
Menurut
kamus bahasa Indonesia oleh W.J.S. Poerwodarminto pengertian sikap adalah
perbuatan yang didasari oleh keyakinan berdasarkan norma norma yang ada di
masyarakat dan biasanya norma agama. Namun demikian perbuatan yang akan
dilakukan manusia biasanya tergantung apa permasalahannya serta benar-benar
berdasarkan keyakinan atau kepercayaannya masing-masing.
Toleransi berasal dari bahasa Latin;
tolerance artinya menahan diri, bersikap sabar, membiarkan orang berpendapat
lain, dan berhati lapang terhadap orang-orang yang memiliki pendapat berbeda. Sikap
toleran tidak berarti membenarkan pandangan yang dibiarkan itu, tetapi mengakui
kebebasan serta hak-hak asasi para penganutnya. Ada tiga macam sikap toleransi,
yaitu:
a. Negatif: Isi ajaran
dan penganutnya tidak dihargai. Isi ajaran dan penganutnya hanya dibiarkan saja
karena dalam keadaan terpaksa.
b. Positif: Isi ajaran
ditolak, tetapi penganutnya diterima serta dihargai. Contoh Anda beragama Islam
wajib hukumnya menolak ajaran agama lain didasari oleh keyakinan pada ajaran
agama Anda, tetapi penganutnya atau manusianya Anda hargai.
c. Ekumenis: Isi ajaran
serta penganutnya dihargai, karena dalam ajaran mereka itu terdapat unsur-unsur
kebenaran yang berguna untuk memperdalam pendirian dan kepercayaan sendiri.
Toleransi sejati didasarkan pada
sikap hormat terhadap martabat manusia, hati nurani dan keyakinan serta
keikhlasan sesama apapun agama, suku, golongan, ideologi, atau pandangannya. Seorang
yang toleran berani mengadakan wawancara atau berdialog dengan sikap terbuka
untuk mencari pengertian dan kebenaran dalam pengalaman orang lain, untuk memperkaya
pengalaman sendiri dengan tidak mengorbankan prinsip-prinsip yang diyakini.
1.
Kaitan Toleransi dengan Rasa Saling Menghargai
Marilah kita renungkan dan amati suasana
peri kehidupan bangsa Indonesia. Kita harus merasa bangga akan tanah air kita
dan juga kita harus bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kita telah dikaruniai
tanah air yang indah dengan aneka ragam kekayaan alam yang berlimpah ditambah
lagi beraneka ragam suku, ras, adat istiadat, budaya, bahasa, serta agama dan
lain-lainnya.
Kondisi bangsa Indonesia yang
pluralistis menimbulkan permasalahan tersendiri, seperti masalah SARA, paham
separatisme, tawuran ataupun kesenjangan sosial. Dalam kehidupan masyarakat
Indonesia, kerukunan hidup antar umat beragama harus selalu dijaga dan dibina.
Kita tidak ingin bangsa Indonesia terpecah belah saling bermusuhan satu sama
lain karena masalah agama.
Toleransi antar umat beragama bila
kita bina dengan baik akan dapat menumbuhkan sikap hormat menghormati antar
pemeluk agama sehingga tercipta suasana yang tenang,damai dan tenteram dalam
kehidupan beragama termasuk dalam melaksanakan ibadat sesuai dengan agama dan
keyakinannya.
Melalui toleransi diharapkan
terwujud ketenangan, ketertiban serta keaktifan menjalankan ibadah menurut
agama dan keyakinan masing-masing. Dengan sikap saling menghargai dan saling
menghormati itu akan terbina peri kehidupan yang rukun, tertib, dan damai.
Contoh Pelaksanaan toleransi
a. Membangun jembatan,
b. Memperbaiki
tempat-tempat umum,
c. Membantu
orang yang kena musibah banjir,
d. Membantu
korban kecelakaan lalu-lintas.
Jadi, bentuk kerjasama ini harus
kita wujudkan dalam kegiatan yang bersifat sosial kemasyarakatan dan tidak
menyinggung keyakinan agama masing-masing.
Kita sebagai umat beragama berkewajiban menahan diri
untuk tidak menyinggung
perasaan umat beragama yang lain.
Hidup rukun dan bertoleransi tidak
berarti bahwa agama yang satu dan agama yang lainnya dicampuradukkan. Jadi
sekali lagi melalui toleransi ini diharapkan terwujud ketenangan, ketertiban,
serta keaktifan menjalankan ibadah menurut agama dan keyakinan masing-masing.
Dengan sikap saling menghargai dan saling menghormati itu, akan terbina peri
kehidupan yang rukun, tertib, dan damai dalam kehidupan sehari-hari.
2.
Kaitannya dengan sikap kasih sayang sesama manusia dan
contoh-contohnya.
Manusia sebagai makhluk sosial tidak
bisa hidup sendiri, sudah pasti memerlukan orang lain. Contoh: sebagian rezeki
kita, datang lewat rezeki orang lain. Sebagian dari keberlangsungan kehidupan
kita, bergantung pada keberadaan orang lain. Sebagian dari kesuksesan kita,
bertumpu kepada kesuksesan orang lain. Adakah yang bisa hidup sendiri di dunia
ini tanpa orang lain? Sulit, bahkan mustahil.
Dalam kaitan dengan baik buruknya
perilaku kita, ketergantungan itu juga ada. Setidaknya, kita perlu bantuan
orang lain untuk menjadi baik, minimal sebagai mitra, sahabat, atau saudara
yang mengingatkan di kala kita lalai, yang menuntun kita saat kita tersesat,
yang membimbing kita ketika kita kebingungan.
Demikian pula Anda sebagai seorang
siswa secara tidak langsung sering mendapatkan kasih sayang baik dari guru Anda
maupun dari kedua orangtua, benarkah demikian? Jika benar berarti guru dan
orangtua Anda memiliki sikap kasih sayang terhadap Anda. Misalnya ketika Anda
terlambat masuk sekolah.
3.
Kaitannya dengan kerukunan di antara umat beragama,
suku, budaya, dan golongan dan contoh-contohnya.
Norma agama mengajarkan kepada
manusia untuk berbuat kebajikan kepada sesama karena manusia adalah makhluk
ciptaan Tuhan yang memiliki harkat dan martabat sama serta memiliki akal dan
budi yang mulia. Dengan akal dan budinya, manusia wajib menjalin hubungan baik
dengan lingkungan hidupnya, dengan sikap saling menghormati dan saling mengasihi.
Setiap manusia dikaruniai hak-hak asasi yang harus dihormati oleh orang lain.
Manusia yang percaya dan takwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa akan selalu berbuat baik dan bersikap toleran
terhadap manusia lain.
Pernahkah Anda berbuat baik kepada
teman Anda atau saudara Anda yang lainnya? Coba Anda berikan contoh
perbuatan-perbuatan baik Anda terhadap teman Anda. Pernahkah Anda meminjamkan
buku kepada teman Anda? Pernahkah Anda menghormati orang yang berbeda agama
atau suku dengan Anda?.
Jika Anda melakukan perbuatan itu
berarti Anda telah berbuat baik terhadap teman Anda baik yang berbeda agama
maupun suku. Itulah yang diharapkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Dari uraian di atas marilah kita menyadari bahwa:
a. Hidup saling
mengingatkan dalam usaha mencapai tata pergaulan yang baik merupakan sikap dan
perbuatan yang terpuji.
b. Tanpa hidup
saling mengasihi dan saling menghormati antara sesama warga masyarakat, kehidupan
masyarakat akan menjadi buruk dan rusak. Tentu Anda tidak menghendaki bukan?
c. Agama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa mengajarkan agar manusia hidup saling
menghormati dan saling mengasihi walaupun manusia itu tidak seagama dan
sekepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuku, seadat dan sebagainya. Ajaran
agama menuntun ke arah perbuatan yang baik saling menghormati bagi sesama manusia
di dunia tanpa kecuali.
B.
Konselor Menampilkan Toleransi Tinggi Terhadap Konseli yang Menghadapi Stress dan Frustasi.
Sikap
toleransi merupakan suatu sikap menghargai orang lain, misalnya konselor
sebagai orang yang dipercaya siswa dalam segala persoalannya maka konselor
mesti menghargai siswa dengan merahasiakan semua persoalan pribadi siswa yang
mana siswa tidak menginginkan orang lain mengetahui persoalannya tersebut. Hal
ini ditegaskan sebagaimana Rasuluilah SAW bersabda yang artinya: "Sesiapa
yang menutup keaiban seseorang Islam Allah menutup keaibannya didunia dan
diakhirat". (Riwayat Muslim, Ahmad dan Abu Daud)
C. Konselor Menerapkan Toleran Terhadap Stres yang
dialami Konseli
Konselor menunjukkan sifat yang
penuh toleransi terhadap masalah-masalah yang dialami oleh konselinya.
Masalah-masalah seperti stres yang dimiliki oleh konselinya hendaknya mampu
konselor atasi dengan baik dan ia memiliki kemampuan untuk menghadapi hal-hal
yang kurang menentu tersebut tanpa terganggu profesinya dan aspek kehidupan
pribadinya.
Contoh:
bu
andya pada suatu hari menerima klien yang sedang stres berat karena ia menjadi
korban penindasan yang dilakukan teman-teman sekelasnya. Penindasan ini tidak sekedar
hanya di mai-maki atau di suruh-suruh, namun juga sampai melakukan tindak
kekerasan. Klien ini menceritakan semua kekesalan yang ia rasakan kepada bu
andya. Bahwa meskipun ia tidak mau disuruh-suruh namun ia tidak mempunyai cukup
keberanian untuk mengungkapkannya dan selalu pasrah menerima
penindasan-penindasan yang dilakukan teman-teman sekelasnya. Dalam masalah ini,
bu andya mentolerir stres yang dihadapi oleh si klien dengan tidak memprotes
terhadap apa yang dirasakan kliennya. Namun ia justru memberi semangat dan
motivasi agar supaya kliennya menjadi lebih berani mengungkapkan pendapatnya
dan dapat menyelesaikan problemanya dengan teman-teman kelasnya itu dengan
baik.
D. Konselor Bersikap Demokratis.
Konselor
dibutuhkan keterbukaan dan sikap lapang dadanya untuk memberikan kesempatan
seluas-luasnya kepada siswa guna mengekspresikan gagasan dan pikirannya dalam
pelaksanaan Freirw mengatakan,” pendekatan yang membebaskan merupakan
proses dimana pendidikan mengkondisikan siswa untuk mengenal dan mengungkapkan
kehidupan yang nyata secara kritis.”
Dengan
adanya pernyataan di atas dapat di artikan bahwa konselor selalu menampilkan
rasa simpati atau peduli terhadap orang lain, suka menolong dan tidak
membeda-bedakan orang lain dalam memberikan layanan ataupun bantuan. Dari pendapat di atas, jelas bahwa individu
merupakan makhluk sosial dan mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing
(unik). Oleh itu konselor di sekolah dituntut untuk berpandangan positif dan
tidak membeda-bedakan peserta didik. Mampu memahami dan menghargai kelebihan
serta kelemahan yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik.
Setiap
individu mempunyai potensi yang perlu dikembangkan dan penyaluran yang tepat.
Maka konselor mempunyai kewajiban untuk dapat mengembangkan dan menyalurkan
pada tempat yang tepat. Di samping itu konselor juga dapat menampilkan rasa
simpati atau peduli terhadap permasalahan yang dialami oleh peserta didik/orang
lain. Konselor suka menolong tanpa memiliki ekspektasi agar balasan apa-apa dan
tidak membeda-bedakan peserta didik dalam memberikan layanan ataupun bantuan.
.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Toleransi berasal dari bahasa Latin; tolerance artinya
menahan diri, bersikap sabar, membiarkan orang berpendapat lain, dan berhati
lapang terhadap orang-orang yang memiliki pendapat berbeda.
2.
Ada tiga macam sikap toleransi, yaitu: negatif,
positif, dan ekumenis.
3.
Sikap
toleransi merupakan suatu sikap menghargai orang lain, misalnya konselor
sebagai orang yang dipercaya siswa dalam segala persoalannya maka konselor
mesti menghargai siswa dengan merahasiakan semua persoalan pribadi siswa yang
mana siswa tidak menginginkan orang lain mengetahui persoalannya tersebut.
4.
Konselor menunjukkan sifat yang penuh toleransi
terhadap masalah-masalah yang dialami oleh konselinya.
5. Konselor dibutuhkan keterbukaan dan sikap lapang dadanya untuk memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada siswa guna mengekspresikan gagasan dan
pikirannya dalam pelaksanaan Freirw mengatakan,” pendekatan yang
membebaskan merupakan proses dimana pendidikan mengkondisikan siswa untuk
mengenal dan mengungkapkan kehidupan yang nyata secara kritis.”
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar